Iklan Billboard 970x250

Jadikan Dirimu Pribadi yang Tak Terlupakan

Jadikan Dirimu Pribadi yang Tak Terlupakan


Berapa hari yang lalu sahabat saya telah syahid, sebut saja si B. Hal ini kembali mengingatkanku pada sahabat yang satunya, yang juga syahid, sebut si A. 

Si A, boleh dibilang bukan sahabat dekat sebab pertemanan kami biasa saja. Kami bertemu, dikala saya nyetor hafalan di pondok si A nyantri.

Aku lupa kapan terakhir kami bertemu, sebelumnya beliau niatan mau sekolah ke Yaman, ternyata Tuhan berkehendak lain. Dia menikah dengan seorang ustadz dan ikut suaminya. Setelah itu kami putus komunikasi.

Walaupun sekian tahun kami putus kontak, namun ketika mendengar kematiannya, hati ini benar-benar berkabung.

Begitu juga si B. Kami tidak terlalu akrab, namun gosip kematiannya benar-benar membuatku berduka dan bahkan mengingatkanku kembali pada A, sehingga membuat hati ini semakin mendung saja.

Kemudian saya bepikir, apa istimewa keduanya, sehingga saya merasa begitu kehilangan, padahal mereka bukanlah sahabat dekat? Dengan si A, tak terlalu banyak kenangan selain pernah tertawa bersama dan obrol-obrol di salah satu ruangan di pondok.  Ya mungkin sebab jalan kematiannya yang sangat indah, ajal yang membuatku iri. Syahid dikala melahirkan bukankah sesuatu sangat mulia. Mati dalam perjuangan. Bagiku sungguh luar.

A memang luar biasa, beliau santri cukup tabah dan selalu berusaha. Aku masih ingat apa yang kuucapkan, dikala beliau mengadukan kesulitan untuk menamatkan hafalannya. Siapa sangka beliau mendahuluiku dan dengan jalan yang sangat mulia. Semoga Tuhan menempatkannya di Sisi-Nya yang mulia.

Lalu dengan sahabat si B. Dengan B pun saya tidak terlalu akrab, bahkan mampu dibilang begitu dingin. Pertemuanku dengan B, dikala saya pertama kali menyetor hafalan di pondok itu, beliau jadi jadi ustadzahnya dan itu pun hanya beberapa kali.

Tak lama kemudian, beliau nyantri ke Yaman, pulang ke Indonesia menikah lalu juga menjadi seorang ustadzah. Ya mungkin sama – sama segan. Aku segan padanya sebab beliau ustadzah, beliau segan padaku sebab usiaku lebih bau tanah darinya.

Aku sangat berkesan padanya. Akhlaknya begitu mulia. Pendiam, murah senyum, walaupun kadang di bully sahabat (waktu masih nyantri). Dia tetap menghormatiku sebagai lebih bau tanah walaupun bergotong-royong dia-lah ustadzahku.

Perginya kedua temanku ini meningalkan beberapa pertanyaan sekaligus pelajaran untuk diriku sendiri.
Pertanyaannya :
1.           Siapakah diriku dikala bergaul dengan orang lain? Apakah saya sudah mempunyai tindak tanduk yang bagus, sehingga meninggalkan kesan di hati orang lain dan akan dikenang bila saya telah tiada? Atau mungkin saya menjadi orang yang dibenci, mudah dilupakan atau bahkan orang-orang merasa beruntung atas kematianku? Semoga saja Tuhan memasukkanku di kawasan yang pertama dan melindungiku di kawasan yang kedua.
2.           Bagaimanakah final kesudahanku? Apakah dalam khusnul khatimah atau su’ul khatimah. Pastinya tindak-tandukku hari ini sangat menentukan.

Pelajarannya: Setiap bertemu dengan orang lain, usahakan saling meminta maaf, memaafkan dan tinggalkan kesan yang mengagumkan (dengan adat mulia) sebab kita tidak tau, mungkin itu saja pertemuan yang terakhir kali.

Berakhlak baik itu sangat penting sebab  akhlaklah yang diingat orang lain, bila kita telah tiada. Dan mereka akan mendoakan kita, bila kita meninggalkan kenangan mengagumkan dikala bersama mereka.

Ya, adat mulia-lah yang sangat penting dan sangat menentukan.

اللّٰهُمَّ إِنِّي اَسْأَلُكَ خَيْرَ الْمَسْأَلَةِ وَخَيْرَ الدُّعَا وَخَيْرَ النَّجَاحِ وَخَيْرَ الْعِلْمِ وَخَيْرِ الْعَمَلِ وَخَيْرَ الثَّوَابِ وَخَيْرَ الْحَيَاةِ وَخَيْرَ الْمَمَاتِ وَثَبِّتْـنِي وَثَقِّلْ مَوَازِيْنِي وَحَقِّقْ إِيْـمَانِي وَارْفَعْ دَرَجَتِي وَتَقَبَّلْ صَلَاتِي وَاغْفِرْ خَطِيْــﺌَاتِي وَاَسْأَلُكَ الْعُلَا مِنَ الْجَـنَّةِ
Allahumma inni as-aluka khairal mas-alati wa khaira-ddu’aai wa khairan najaahi wa khairal ‘ilmi wa khairal amali wa khairats-tsawaabi wa khairal hayaati wa khairal mamaati wa stabbitnii wa tsaqqil mawaaziinii wa haqqiq iimaanii warfa’ darajatii wa taqabbal shalaatii waghfir khathii-aa-ti wa as-alukal ‘ulaa minal jannah.

Artinya:

Ya Allah, saya meminta sebaik-baik permintaan, permohonan, keberhasilan, ilmu, amal, pahala, kehidupan, kematian, dan tetapkanlah saya dalam semua kebaikan itu. Beratkanlah timbangan (amal kebaikanku), kukuhkanlah imanku, tinggikanlah derajatku, terimalah shalatku, ampunilah kesalahan-kesalahanku, dan saya memohon surga yang paling tinggi kepada-Mu. 
Baca Juga
SHARE
Subscribe to get free updates

Related Posts

Post a Comment

Iklan Tengah Post