Iklan Billboard 970x250

Mentaati Allah, walaupun sulit.

Mentaati Allah, walaupun sulit.


“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Tuhan dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) wacana urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Tuhan dan Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab : 36)
Ayat ini berkenaan dengan janji nikah Zainab bin Jahasyi dengan Zain bin Haritsah.
Rasulullah melamarkan Zainab untuk Haritsah. Disangkanya Rasulullah meminangnya untuk diri Rasulullah, ternyata untuk Zaid bin Haritsah, budak Rasulullah. Sedangkan Zainab, keturunan mulia dari kaum Quraisy.
Maka, Zainab enggan setelah mengetahui hal itu. Dalam riwayat lain pun dikatakan bahwa saudara Zainab pun tidak setuju.
Atas hal ini turunlah ayat di atas yang mengingatkannya, bahwa tidak pantas seorang mu’min menentang Rasulullah.
“Barangsiapa mendurhakai Tuhan dan Rasul-Nya maka sungguhlah ia telah sesat, sesat yang nyata.”
Jika kita mendurhakai Tuhan dan Rasul-Nya, maka kita tersesat. Sesat yang benar-benar nyata. Jika mengambil pilihan dalam kesesatan, itu artinya kita telah mengambil jalan yang salah dan membinasakan. 
Suatu hari, seorang ibu bercerita dengan kemenakannya. Yang mana ia melarang kemanakannya mengikutinya suami, dengan alasan menemani orang tuanya.
Hal itu sempat memancing emosi saya. Bagaimana tidak? Seorang perempuan yang lebih berhak atas dirinya yaitu suaminya. Maksud di sini bukan berarti mengabaikan orang tuanya. Adapun bila ada permasalahan-permasalahan yang saling bertentangan, maka kita harus selesaikan dengan musyawarah, dengan catatan: tidak mendurhakai Allah.
Misalnya, seorang istri mempunyai orang bau tanah lansia, sedangkan ia mempunyai suami, yang suaminya bekerja di daerah yang jauh, dan suaminya tak mampu pindah dari daerah kerjanya. Maka, hal menyerupai ini harus dimusyawarahkan, tanpa harus mengabaikan salah satunya.

Lihat artikel ini Setelah menikah, benarkan surga tak lagi di telapak kaki ibu.
Jika, solusi permasalahan, harus memilih salah satunya, maka jalan harus yang dipilih yaitu jalan yang tidak bertentangan dengan hukum Allah.

Kembali ke kisah Zainab. Singkat cerita, walaupun dengan berat hati, tetap menikahlah Zainab dengan Zaid.
Hikmah di balik kisah ini. Ternyata, janji nikah itu pun tak mampu dipertahankan. Bukan alasannya kesombongan Zainab atas keturunan, tapi memang, terlalu banyak perbedaan merintang diantara mereka.
Diceraikanlah Zainab oleh Zaid. Setelah habis masa iddah, maka Rasulullah – atas wahyu dari Tuhan – meminang Zainab. Indikasi dari perkawinan Rasulullah dengan Zainab yaitu untuk menghilang anggapan dikala itu bahwa anak angkat sama dengan anak kandung, maka bekas istri anak angkat pun tidak boleh dinikahi. Dan itu dihapuskan oleh Islam.
Selain itu, ada penghargaan yang begitu luar biasa kepada Zainab, yaitu Tuhan yang menjadi walinya. Tuhan pribadi yang menikahkan Rasulullah dengan Zainab.
Inilah beberapa hikmah, yang didapatkan beberapa masa kemudian, setelah harus melewati masa sulit, yaitu menikahi seseorang yang tidak di cintai.
Begitulah juga kehidupan kita. Adakalanya pilihan itu sulit, namun bila hanya itu harus dipilih, alasannya ingin tetap mentaati Allah, insya Allah, beberapa kemudian kita akan menerima pesan tersirat yang luar bisa.
Sebaliknya, bila kita mengambil pilihan yang mendurhakai Allah, kita akan tersesat, dan besar kemungkinan kita semakin terjerumus dalam banyak sekali kesulitan.

Bila satu kedurhakaan kita lakukan, maka besar kemungkinan kita akan melaksanakan kedurhakaan lain. Dan kita semakin terpuruk dalam banyak sekali kesulitan.
Begitu juga dengan pilihan di atas; misalnya dengan memilih orang tua. beberapa hal kemungkinan yang mampu mengcengkram dalam rumah tangga.
Contohnya; Keharmonisan. Ini sangat besar lengan berkuasa dalam keharmonisan. Kelelehan alasannya bekerja, mengurus diri sendiri, belum lagi kebutuhan biologis yang terpenuhi. Semua ini sangat besar lengan berkuasa pada psikis suami. Dan hal ini kadang, mudah terjerumus dalam perselingkuhan. Belum lagi dari pihak keluarga suami, terutama ibu suaminya. Ibu mana pun, tentu sangat sedih, bila anaknya menikah, namun masih menyerupai orang bujangan, belum lagi bila merepotkan ibu tersebut.
Walaupun, kita berharap itu tidak akan terjadi, namun begitulah indikasi negative bila kita melaksanakan perkara yang bertentangan dengan hukum Allah. Di misalkan, di anjurkan mengkonsumsi suatu makanan, alasannya itu sangat diharapkan untuk kesehatan jasmani. Sedangkan kita justru mengkonsumsi makanan pantangan, lalu apa yang akan terjadi kemudian? Walaupun kita berharap itu tidak terjadi, tetapi kita tetap harus memikirkannya, semoga keburukan itu tidak menimpa.
Begitulah agama. Pilihan yang sesuai itu kadang sangat sulit, tetapi bila kita terus mentaatinya. Walaupun memerlukan kesabaran yang ekstra, suatu dikala kita akan mencicipi hikmahnya. Sebaliknya, bila mengambil pilihan yang bertentangan dengan agama, maka kita telah melaksanakan kesalahan dan membuka peluang akan melaksanakan kesalahan-kesalahan lainnya, sehingga kita semakin ditimpa kesusahan.



Baca Juga
SHARE
Subscribe to get free updates

Related Posts

Post a Comment

Iklan Tengah Post